Malam sudah sangat larut. Kami masih asyik bercerita tentang orang-orang sholih. Diantaranya adalah cerita tentang Mbah Moen.
Menceritakan kebaikan orang shalih selalu menumbuhkan bukan sekedar kekaguman, tapi semakin menyadarkan bahwa kita bukanlah siapa-siapa.
Apa yang telah kita lakukan ternyata sama sekali bukan apa-apa. Dari sini akhirnya tumbuh rasa cinta, dan keinginan untuk bisa mencintai dengan sesungguhnya. Dengan kesungguhan cinta kita berharap besuk dikumpulkan dengan orang-orang shalih.
"Saya pernah dengar, bahwa saat berdzikir kita disuruh untuk menghadirkan sosok guru. Dan selama ini yang paling mudah saya bayangkan adalah Mbah Moen," kata teman ngobrol saya saat itu.
Dia sendiri bukanlah santri sarang. Bahkan sama sekali dirinya tidak mengenyam pendidikan pesantren. Tapi dia selalu bersemangat saat ngobrol tentang Mbah Moen.
***
Dini hari pembicaraan kami beralih tentang Munas NU yang rencananya akan diselenggarakan di Sarang. Spontan dirinya memberikan donasi untuk munas.
"Saya ikut titip, Pak," katanya.
"Kok katah, Mas," kata saya.
"Enggak, Pak. Sedikit. Saya ingin ikut berkhidmah kepada Mbah Moen. Walaupun tak seberapa semoga bisa menjadi penyambung dengan beliau," jawabnya.
Dua hari kemudian tanpa disangka dia mendapatkan rejeki yang samasekali tidak diduga-duga. Jumlahnya dua kali lipat dari jumlah dana yang dia donasikan. Spontan dia ingat Mbah Moen.
"Ya Allah, Mbah. Kulo ikhlas. Kok langsung jenengan wangsulke dobel," gumam dia spontan.
***
Saya tahu banyak orang yang bersungguh sungguh berusaha mendukung kesuksesan Munas NU di Sarang sebagai ekspresi cinta mereka kepada Mbah Moen dan dzurriyah beliau.
Di Sarang sarana dan prasarana dikebut demi menyambut para tamu. Di Wonosobo dan Banjarnegara ada pembuatan Carica ribuan cup, pengumpul sayur mayur dan buah. Di banyak daerah ada persiapan logistik lain dan penggalian dana. Bukan hanya karena NU, namun demi kecintaan mereka kepada Mbah Moen dan dzurriyah beliau.
Dengan semakin dekatnya waktu penyelenggaraan munas, sebagian logistik sudah dikirim ke sarang. Bahkan sampai sekarang sebagian lagi masih bergerak ke sana.
***
Hari Rabu 11 Maret 2020 terbit surat dari PBNU dengan nomor: 3944/C.I.34/03/2020. Surat tersebut berisi pemberitahuan penundaan pelaksanaan Munas untuk sementara waktu sampai ada pemberitahuan berikutnya.
Saya juga sempat berpikir, kok ditunda ya? Apa tidak mungkin seandainya tetap dilaksanakan dengan larangan pengerahan massa?
Baca juga :
Sebetulnya ada apa? Entahlah, saya tidak paham. Yang saya tahu, manusia-manusia lelah itu sangat kecewa. Dan itu sangat manusiawi. Insyaallah kekecewaan itu dalam kadar yang wajar dan tidak sampai merusak keikhlasan berkhidmah.
Semoga khidmah jenengan semua diterima, kawan. Beliau menyaksikannya.
#Alumni.
Komentar
Posting Komentar